Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) adalah
suatu konsep atau cara berpikir dalam upaya pengendalian populasi atau tingkat
serangan hama dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang dipadukan
dalam satu kesatuan untuk mencegah kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian
secara ekonomis serta mencegah kerusakan lingkungan dan ekosistem. Dengan kata
lain, pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman
dengan pendekatan ekologi yang bersifat multi-disiplin untuk mengelola populasi
hama dan penyakit dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang
kompatibel.
Prinsip Dasar
Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Sistem pengendalian hama terpadu (PHT) memiliki 4 prinsip dasar yang
mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan serta
mendorong penerapan PHT secara nasional untuk pembangunan pertanian yang
berkelanjutan. Empat prinsip dasar dalam penerapan PHT tersebut adalah sebagai
berikut ;
1. Budidaya Tanaman Sehat
Tanaman
yang sehat memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama dan penyakit.
Tanaman sehat juga memiliki kemampuan lebih cepat dalam mengatasi dan
memulihkan dirinya sendiri dari kerusakan akibat serangan hama dan penyakit
tersebut. Untuk memperoleh tanaman yang sehat perlu memperhatiakn varietas yang
akan dibudidayakan, penyemaian dengan cara yang benar, serta pemeliharaan
tanaman yang tepat
2. Memanfaatkan Musuh Alami
Musuh
alami atau agens hayati terbukti mampu menekan populasi hama dan menurunkan
resiko kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit. Pengendalian hama
dan penyakit dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan tolok
ukur dalam sistem PHT. Pemanfaatan musuh alami di dalam agroekosistem
diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara populasi hama dan populasi musuh
alaminya. Dengan demikian tidak akan terjadi peledakan populasi hama yang
melampaui ambang toleransi tanaman.
3. Pengamatan dan Pemantauan Rutin
Dalam
sistem pengendalian hama terpadu (PHT), pengamatan dan pemantauan perkembangan
populasi hama merupakan bagian terpenting yang harus dilakukan oleh setiap
petani. Pengamatan dan pemantauan harus dilakukan secara rutin dan berkala,
sehingga perkembangan populasi hama, kondisi tanaman serta perkembangan
populasi musuh alaminya dapat diketahui. Hasil pemantauan dan pengamatan
digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakuka
4. Petani sebagai Ahli PHT
Sistem
pengendalian hama terpadu (PHT) sebaiknya dikembangkan oleh petani sendiri,
karena penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Setiap
wilayah atau daerah memiliki ekosistem yang berbeda-beda, sehingga suatu sistem
PHT yang dikembangkan pada wilayah tertentu belum tentu cocok jika diterapkan
pada wilayah lainnya. Agar setiap petani mampu menerapkan PHT diwilayahnya
masing-masing, maka setiap petani harus proaktif untuk mempelajari konsep PHT.
Dalam hal ini peran aktif instansi terkait dalam memasyarakatkan PHT sangat
diperlukan.
Pengembangan vanili di Indonesia banyak menghadapi kendala
seperti sulitnya mendapatkan varietas unggul yang tahan terhadap hama penyakit,
teknik pengolahan hasil, dan serangan hama penyakit. Berikut adalah beberapa
hama dan PHT pada tanaman vanili :
1. Bekicot (Achatina fulica)
Bekicot (Achatina
fulica) adalah salah satu arthropoda yang sering menjadi hama bagi usaha
budidaya tanaman vanili. Bekicot memakan batang, daun, bahkan buah tanaman
vanili. Serangan dan jumlah hama ini meningkat ketika musim hujan. Jika tidak
dikendalikan dengan baik, hama ini akan dapat menggagalkan panen bahkan dapat
merusak kebun vanili. Pengendalian serangan bekicot dapat dilakukan secara
fisik-mekanis dengan mengumpulkan bekicot yang berada di sekitar kebun untuk
kemudian di musnahkan atau dijadikan pakan ternak. Namun agar lebih praktis,
pengendalian juga dapat dilakukan secara kimiawi dengan memanfaatkan
insektisida kontak dengan bahan aktif metiocarb, copersulfate, penta chloro
phenol, atau niclosamide dengan konsentrasi 2 sampai 3 ppm.
2. Belalang Kepinding
Belalang kepinding
(Mertila sp.) adalah salah satu insekta yang menjadi hama bagi tanaman vanili.
Serangga ini menyerang beberapa bagian tanaman seperti batang, daun, bunga,
buah, bahkan akar dengan menghisap cairan tanaman pada bagian tersebut dengan
mulutnya. Bekas hisapan tersebut meninggalkan bekas berupa bercak-bercak hitam.
Pada musim hujan, bercak-bercak ini seringkali terinfeksi oleh jamur patogen
dari jenis fusarium. Jika dibiarkan terus menerus bercak tersebut dapat
membesar dan mengakibatkan kematian bagi tanaman. Pengendalian hama ini paling
efektif dilakukan dengan aplikasi insektisida.
3. Kutu Lamtoro
Kutu lamtoro
(Ferrisa virgata) adalah hama yang menyerang tanaman vanili secara tidak
langsung. Kutu lamtoro hanya menyerang tanaman pelindung tanaman vanili dari
jenis lamtoro. Meski demikian, jika terus dibiarkan serangan kutu lamtoro dapat
mengakibatkan pertumbuhan tanaman penaung menjadi terhambat. Dan jika
pertumbuhan penaung terhambat, baik secara langsung maupun tidak, produktivitas
tanaman vanili yang dibudidayakan pun akan menjadi turun. pengendaliannya dapat digunakan musuh alami seperti Tawon Kecil (Psyllaephagus yaseeni), Semut Rangrang (Oecophylla), dll
4. Busuk akar
Gejala: akar hitam, tanaman menjadi kecoklat-coklatan dan akhirnya mati; biasanya terjadi pada saat produksi tertinggi pertama kali tercapai. Pengendalian: menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, pemberian kapur secukupnya, dan mengatur kelembaban , pencegahan diawal dengan Tricoderma Sp/glioconium sp.
5. Busuk batang
Penyebab: jamur Fusarium batatatis. Gejala: pada batang terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas dan melingkar dengan cepat. Batang terserang akan keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering. Pengendalian: mengurangi kelembaban dan drainase yang baik, saat stek akan ditanam dicelup dalam ZPT+ Tricoderma sp.
6. Busuk buah
Ditemukan pada buah panili muda. Gejala: muncul bila menyerang pangkal buah muda sehingga banyak buah yang berguguran dan bila menyerang tengah buah akan hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian: penyemprotan Tricoderma sp atau glioconium sp + gula pasir dosis 1-2 sendok teh per 10 liter air.
7. Busuk pangkal batang
Penyebab: Jamur Sclerotium sp. Gejala: pangkal batang tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, bagian tanaman yang diserang dan tanah sekitar terdapat misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan banyak sclerotium warna coklat. Pengendalian: gunakan bibit bebas busuk pangkal batang, penyemprotan tricoderma hayati+ gula pasir.
8. Bercak coklat pada buah
Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala: bercak-bercak coklat tua dan akhirnya busuk. Pengendalian: (1) segera petik buah terserang kemudian membakarnya; (2) penyemprotan dengan fungisida hayati dosis 1-2 sendok/10 liter air.
9. Bercak coklat pada batang
Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala: batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan menghitam dan melingkar ruas dan mati. Pengendalian: potong dan bakar batang yang terserang.
10. Antraknosa
Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass. Gejala: batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan tampak licin dan terlihat jelas bagian terserang dan tidak. Pengendalian: Potong dan bakar bagian terserang, atur kelembaban dan drainase.
11. Karat merah
Penyebab: Ganggang Cephaleuros heningsii, Schm. Gejala: bercak pada daun dan terus meluas hingga daun kering selanjutnya mati. Pengendalian: Singkirkan bagian terserang dan atur kelembaban kebun dengan pemangkasan pohon pelindung.
12. Penyakit pascapanen
Penyebab penyakit yang menyerang panili setelah dipanen : jamur Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, sp dan Sclerotium, sp. Pengendalian: penanganan pasca panen yang baik.
Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum dapat mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dn tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata dosis 1-2 tutup/tangki.



Komentar
Posting Komentar